Isro’ Mi’roj Sebagai Refleksi Spiritual Ummat Islam Modern
Isro’ Mi,raj
adalah peristiwa yang amat Istimewa dan maha agung, para ulama mufassir menyebutkan
hal tersebut dikarenakan dalam ayat pertama surat Al-Isro’ Allah berfirman diawal
dengan menggunakan kata subhanallahu (maha suci) yang mana hal tersebut tidak ada dalam 113 surat lainnya. Menurut bahasa Isro' berarti perjalanan malam dan mi'raj secara bahasa berarti alat untuk dinaiki atau tangga. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam. perjalanan dakwah Nabi
Muhammad SAW.
Peristiwa
ini menggambarkan perjalanan luar biasa Rosulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha (Isro’) dan dilanjutkan dengan perjalanan menembus langit hingga Sidratil
Muntaha (Mi’raj). Dalam perjalannya, Nabi menerima perintah sholat lima waktu,
yag menjadi inti ibadah umat Islam hingga saat ini.
Dalam
konteks saat itu, masyarakat Arab tengah diliputi oleh ketidakadilan,
ketimpangan sosial, dan penyimpangan moral. Melalui momentum Isro Mi’raj, Islam
menegaskan prinsip keadilan, persamaan dan kemanusiaan sebagai landasan
perubahan. Artikel ini akan mengulas bagaimana Isro Mi’raj Dapat menjadi refleksi
spiritual yangb mendalam sekaligus inspirasi untuk revolusi sosial yang
berkelanjutan dalam kehidupan umat islam.
Dilihat dari dimensi spiritual peristiwa isro’ mi’roj mengajarkan umat Islam untuk meningkatkan kualitas spiritual melalui kedekatan dengan Allah SWT. Dalam perjalanan tersebut, Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat lima waktu, yang menjadi bentuk komunikasi langsung antara manusia dan Sang Pencipta. Ibadah sholat tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi sarana introspeksi diri, memperbaiki hati, dan menjaga ketakwaan. Selain itu momentum Isro' Mi'raj mengingatkan umat Islam bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan harus diimbangi dengan kehidupan akhirat yang kekal. Perjalanan spiritual ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan duniawi dan ukhrawi, sehingga umat Islam dapat menjadi individu yang kuat secara spiritual dan berdampak positif dalam masyarakat.
Bukti konkrit bahwa Allah SWT memerintahkan sholat lima waktu pada saat Rasulullah SAW melakukan Isra Mi'raj tertuang dalam hadits. Hadist ini diambil dari kitab KitabFadhail ash-Shahabah yang ditulis imam Bukhari.
هِيَ خَمْسٌ، وَهِيَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ القَوْلُ لَدَيَّ". قال رسول الله صلى اللهعليه وسلم: "فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: رَاجِعْ رَبَّكَ. فَقُلْتُ: اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي
Artinya: "Lima waktu itu setara dengan lima puluh waktu. Tak akan lagi berubah keputusan-Ku." Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Aku kembali bertemu denganMusa. Ia menyarankan, 'Kembalilah menemui Rabbmu'. Kujawab, 'Aku malu pada Rabbku'." (HR Bukhari).
Perintah sholat menjadi suatu hal kewajiban bukan sebuah kebutuhan. Karna secara ushul fiqh suatu hal yang diperintah Allah bersifat mutlaq untuk dilakukan, jika sholat hanya sebuah kebutuhan maka hal tersebut tidak bisa dikatakan suatu kewajiban karna sifatnya hanya kebutuhan, artinya jikatidak sholat tidak apa apa karena tidak butuh. Dalil perintahsholat :
وَاَ قِيْمُواالصَّلٰوةَ وَاٰ تُواالزَّكٰوةَ وَا رْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
Artinya : Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 43).
Kajian lebih mendalam mengenai sholat adalah kewajiban bisa dilihat dari salah satu dasar dalil dari surat Al-Baqarah diatas, yang mana kata اَ قِيْمُوا menunjukkan kalimatfi’il Amr yang menunjukkan kalimat perintah. jika dilihat dariushul fiqh jumhur ulama berpendapat bahwa lafaz Amr itu menurut asalnya menunjukkan hukum wajib, meskipun Amr tidak disertai oleh penjelasan (qarinah) apapun, hal ini merujuk pada qoidah ushul fiqh Al-Ashlu fil amri lil wujub. Dilihat dari pengertian menurut Abu Zahrah Amr ialah perintah dari pihak yang lebih tinggi tingkatannya kepada pihak yang lebih rendah. Dalam masalah hukum syara’ yang lebih tinggi kedudukannya adalah Allah Swt dan yang paling rendah kedudukannya adalah orang mukmin mukallaf, jadi Amr itu adalah perintah Allah yang harus dilakukan oleh orang mukallaf. dimana perintah Allah terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al–Hadits.
Peristiwa Isro' Mi'raj tetap relevan dalam konteks kehidupan modern saat ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dalam dunia yang semakin materialistis dan penuh dengan tantangan sosial, nilai-nilai yang terkandung dalam Isro' Mi'raj dapat menjadi panduan bagi umat Islam. Refleksi spiritual melalui sholat dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi tekanan hidup, sementara prinsip revolusi sosial Islam dapat menjadi pedoman dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Di tengah meningkatnya kesenjangan sosial dan krisis moral, Isro' Mi'raj mengajarkan pentingnya keberanian untuk melakukan perubahan. Umat Islam didorong untuk menjadi agen perubahan yang tidak hanya berfokus pada ibadah individu, tetapi juga aktif dalam menciptakan transformasi sosial yang lebih baik.
Kesimpulan bahwa Isro' Mi'raj adalah sebuah peristiwa yang mengandung pesan-pesan spiritual dan sosial yang saling melengkapi. Melalui refleksi spiritual ini, umat Islam diingatkan akan pentingnya hubungan yang erat dengan Allah SWT sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi kehidupan dan bersosial. Sementara itu, melalui pesan revolusi sosial, Islam mengajarkan pentingnya peran aktif umat dalam memperjuangkan keadilan dan kemaslahatan bersama. Dengan memahami esensi Isro' Mi'raj, umat muslim dapat menjadikannya sebagai inspirasi untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna, baik secara pribadi maupun dalam konteks sosial. Isro' Mi'raj bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga cerminan dari misi universal Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Jika kurang puas dengan kesimpulan yang dipaparkan oleh penulis, pembaca boleh menyimpulkan secara merdeka, karna semua manusia memiliki hak untuk berekspresi dan mengemukan pendapat sesuai jalan pikirannya sendiri.
Refrensi
Juriyah, Juriyah, and Nadi Suprapto. “Kajian Perjalanan Isra’ Mi’Raj Nabi Muhammad Saw Dalam Perspektif Fisika.” IPF: Inovasi Pendidikan Fisika 10, no. 3 (2022): 21–31. https://doi.org/10.26740/ipf.v10n3.p21-31.
Thalib, Muh. Dahlan. “Al-Amr (Perintah Dalam Al-Qur ’ an).” Al-Ibrah X, no. 02 (2021): 139–58.
0 Komentar